Cerita Sore Hari
Cerita ini ditulis di kamar kecil, dengan ditemani desir angin dari kipas angin yang paling sibuk di tembok. Suhu udara di luar sana sedang cukup membuat gerah, 31॰C. Langit di sana masih terang, matahari masih enggan untuk beristirahat. Pelan-pelan, waktu berputar. Kenangan yang lalu datang, tidak menghantui, hanya bersinggah. Kembali pada kejadian-kejadian satu tahun lalu. Bulan April, 2016. Saat semuanya terasa lega sekaligus menegangkan. Saat semua beban seakan lepas. Saat harapan dan khayalan baru mulai meminta untuk dimunculkan. Saat pilihan satu-satunya terasa paling mantap. Saat itu, ada kaki yang mengayuh pedal sepeda, masih tertatih. Tiap sore ada tawa, menjemput jingganya langit. Tak ada sepi, semua terasa benar. Terasa menyegarkan. Saat masih ada mimpi yang berusaha digapai, ada harapan yang diyakini. Saat ada kejutan yang indah, sang mimpi yang tergapai. Bukan mimpi jangka panjang, tapi ini batu tapakan yang baru untuk masa depan. Bukankah itu menyenangkan? Bulan...