Gadis
Hidup ini penuh cerita, penuh pesona, dan penuh kejutan.
Allah memang Mahapintar dalam membolak balik hati setiap hamba-Nya. Siapa yang mengira gadis cilik yang kemarin suka menangis dan sibuk menyeka dengan telapak tangan kini telah berubah menjadi remaja yang mulai menentukan masa depannya sendiri.
Ya, gadis itu dulu begitu ceria. Setiap sebayanya menyukainya. Bahkan mereka yang dewasa mengaguminya. Gadis yang begitu lugas dalam berbicara. Gadis yang menatap dengan mata beningnya.
Kini gadis itu telah tumbuh, menjadi remaja yang sudah menanggalkan seragam sekolahnya. Tak banyak berubah memang, dia tetap lugas, tetap suka menatap segala hal, namun gadis ini lebih dewasa. Entah gadis ini yang menurut pada Tuhannya atau memang Allah yang memeliharanya, tapi pilihan kedua yang menjadi persepsi gadis ini. Allah memeliharanya di setiap sudut kehidupannya.
Cerita ini memang terarah pada apa yang mulai dirasakan setiap gadis yang tumbuh dewasa di luar sana. Cerita tentang perasaan yang dianugerahkan Allah pada setiap insan, perasaan yang sejatinya tulus dan tak memaksa. Mungkin yang lebih dikenal dengan cinta.
Cinta bisa diartikan banyak hal, tak hanya dalam lingkup kekasih yang berbeda gender, orang tua pun memiliki rasa cinta yang besar, kawan di sekitar pun begitu. Dan kali ini, kisah cinta gadis ini akan diceritakan.
Masih ingat bahwa Allah selalu memelihara setiap umat-Nya, dan gadis ini bersyukur atas hal itu. Kehormatan adalah segalanya bagi harga diri perempuan, maka dari itu Allah selalu menjauhkan wanita dari fitnah dengan tuntunan-Nya. Tapi bukan manusia jika tak memiliki nafsu dan hasrat. Untuk lingkup umur gadis ini, nafsu dan hasrat ini sering disebut "pacaran".
Tapi seumur hidupnya (hingga sekarang), gadis ini terpelihara dari "pacaran". Bukan karena tak ada yang mau dengannya, hanya saja dia terlanjur berkomitmen bahkan saat dia masih belum mengetahui apa "pacaran" itu sebenarnya. Komitmen yang membawanya tak berpacaran hingga kini.
Bukan berarti si gadis tak ingin, dia ingin, melihat betapa serunya teman sebayanya yang berpacaran, gadis ini pun tergoda.
Gadis ini bukan gadis yang memiliki kehidupan sempurna, dari luar memang sempurna, tapi ada cacat pada dirinya. Terlahir sebagai anak tunggal dengan orang tua yang bekerja jauh membuatnya menjadi gadis yang mandiri. Terlihat baik memang, tapi coba tilik dari psikisnya, dia tak jarang merasa kesepian, dia butuh perlindungan, terutama kasih seorang yang lebih hebat darinya.
Jika kalian bertanya apa yang terjadi dengan ayah si gadis? Beliau baik baik saja. Tapi mungkin beliau telah memberi yang terbaik, tapi yang esensial bagi gadis itu mungkin luput dari perhatiannya. Kasih sayang ayah yang diceritakan di media mungkin pernah dirasakannya, tapi hal yang menyakitkan tentang ayah pun pernah dicicipinya. Bukankah dunia memang selalu adil?
Maka dari itu, melihat temannya mendapat perhatian dari kekasihnya masing masing membuat gadis ini penasaran, mungkin menentramkan hati bisa mendapat perhatian seperti itu.
Tapi psikis gadis ini seperti pedang yang menusuk dirinya, gadis ini tak bisa seramah teman-teman wanitanya yang lain jika kepada pria. Dia selalu merendahkan pandangannya, menghindari kontak fisik, dan yang lainnya. Tapi bukan kah itu yang memang diperintahkan Tuhan? Tapi kenapa terasa sakit? Dan membuat gadis ini tak seperti teman yang lain?
Bukankah kita selalu menjaga barang kesukaan kita agar tak rusak? Begitulah Tuhan menjaga kami para umat-Nya.
Komentar
Posting Komentar