ANTARA PERUBAHAN, PILIHAN, DAN KEHIDUPAN

Hidup ini merupakan kata lain untuk perubahan, juga media untuk berubah. Statis bukan pilihan di hidup. Benar, hidup juga berarti memilih. Hidup memang bisa menjelma menjadi apapun, tergantung dari mana sudut mata memandangnya. Mungkin hidup seperti karya seni tiga dimensi, dengan sedikit kejutan, atau banyak kejutan.

Bicara mengenai perubahan, itu juga merupakan suatu pilihan. Di sini arti hidup mulai bias, untukku sendiri paling tidak.Tidak ada kata takdir dalam hidup, semua hal merupakan suatu kausa sebab akibat yang berhubungan, yang timbul karena adanya pilihan. Tidak perlu diperdebatkan, ini bukan soal keyakinan ataupun konsep keagamaan, ini tentang realita.

Dari sekian banyak kejadian, tibalah kita pada suatu jeda. Di jeda itu disuguhkan dua pilihan, lupa atau mengingatnya. Mekanismenya cukup sederhana menurutku, yang penting tetap diingat, lalu yang tidak berguna atau memiliki potensi tidak berguna dihapus, atau lebih terkenal dengan istilah lupa.

Ada stereotip yang mengatakan bahwa memori manusia layaknya memori sebuah pc, atau laptop, atau telepon genggam. Meskipun mekanismenya memang serupa, tapi kurasa pasti ada perbedaan. Letak kesamaannya adalah pada adanya pilihan untuk menghapus memori atau mempertahankannya. Perbedaannya, pada memori manusia terdapat banyak pilihan sebelum mencapai delete button. Lagi-lagi pilihan.

Hidup ini tentang keahlian memilih. Sebelum mencapai delete button, mungkin kita dihadapkan pada banyak pilihan seperti, "Apakah kejadian ini bermanfaat?", "Apakah kejadian ini membuat kebaikan jika diingat?", atau "Apakah kejadian ini lebih baik dihilangkan?" Setelah semua itu selesai, terjadilah mekanisme diingat atau dilupakan, save or delete.

Setiap kejadian yang diputuskan untuk diingat pasti selalu disertai sebuah, dua buah, atau beberapa harapan. Kejadian itu diingat sebagai pelajaran untuk masa depan. Kejadian itu diingat sebagai kenangan indah. Kejadian itu diingat sebagai pencapaian dan kebanggan. Kejadian itu diingat untuk berbagai hal yang menunjang kehidupan sang pemilih.

Di sisi lain, kejadian yang berakhir dilupakan memiliki lebih banyak alasan. Alasan yang mendasari terbagi menjadi dua kelompok besar, yaitu alasan untuk melupakan dan alasan untuk terpaksa melupakan.

Menurutku alasan untuk melupakan tidak terlalu menarik untuk dibicarakan. Alasan itu hanya seputar naluri alamiah untuk merespon hal-hal kecil atau detail yang kurang berguna. Selama suatu hal dicap sebagai hal yang tidak perlu diingat, atau hal yang tidak berhubungan dengan kehidupan sang pemilih maka hal-hal dan kejadian itu akan berakhir dengan dihapus. Siapa juga yang mau memenuhi otaknya dengan isi pamflet badut ulang tahun di jalanan. Kalaupun nanti dia membutuhkannya, memori itu akan kembali sebagai hal yang sekedar diketahui, itu masih terhitung bagus, ada beberapa hal yang malah dihapus secara permanen.

Alasan yang kedua, alasan untuk terpaksa melupakan. Alasan ini merupakan suatu bentuk proteksi terhadap perasaan diri sendiri. Begitu banyak kejadian yang dialami oleh seseorang dan beberapa diantaranya cukup indah tapi menyakitkan. Di sinilah alasan untuk terpaksa melupakan menjadi pilihan favorit. Ada kalanya ketika perasaan dan logika tidak berjalan beriringan. Ada kejadian yang sungguh indah tapi begitu menyakitkan. Hal itu membuat diri kita terpaksa melupakannya, secara sadar maupun tidak. Setelah berhasil melupakannya, kadang memori itu sesekali datang menyambangi. Kadang pula memori itu seakan hilang, namun masih bersarang di alam bawah sadar.

Begitulah mekanisme lupa atau ingat, save or delete. Semua berawal dari pilihan, yang membuka pintu pilihan lainnya. Kadang kita memilih pintu yang kanan, kadang pintu yang kiri. Perpindahan dari satu pilihan ke pilihan lain membawa kita pada perubahan.

Tidak ada pilihan yang benar-benar baik ataupun pilihan yang benar-benar buruk. Perubahan pada hidup terjadi karena adanya serangkaian pilihan yang berhasil kita ambil, bukan karena satu pilihan saja. Untuk mereka yang menganggap jalannya kurang benar, masih ada banyak pilihan lagi menuju jalan yang dianggapnya benar. Konsep kesempatan kedua memang benar adanya.

Dari semua itu, hal yang paling buruk adalah orang-orang yang tidak berani memilih. Orang-orang yang menghabiskan sisa hidupnya pada zona nyaman tanpa resiko.

Pada intinya, semua perubahan berasal dari pilihan. Dan yang paling berkuasa terhadap pilihan itu adalah pribadi itu sendiri. Maka dari itu, jangan mengkambing hitamkan takdir dalam hidup. Bukan takdir yang memegang kendali, melainkan masing-masing pribadi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

UJIAN MENURUTKU

RASA