UJIAN MENURUTKU
Masih ingat adegan di salah satu film Harry Potter di mana Hermione menggerutu karena ujian yang diundur? Rasanya aku bisa memahami itu.
Mungkin bagi mereka yang masih duduk di bangku sekolah menengah menganggap ujian menyebalkan. Tapi bagiku, aku tidak pernah merasa minggu ujian merupakan minggu yang menyebalkan selama pengalaman 13 tahun aku menempuh pendidikan. Mungkin menegangkan, tapi sepertinya tidak untuk menyebalkan.
Untuk kalian yang setipe denganku aku percaya kalian bisa memahaminya. Pada minggu ujian kita akan terfokus pada satu hal, ujian. Atau paling tidak, kita memiliki prioritas yang absolut tanpa perlu berpikir panjang. Kita akan belajar sampai titik darah penghabisan, sampai 24 jam rasanya kurang. Melelahkan? Pastinya iya, tapi coba lihat sisi lainnya.
Di mulai dari pagi hari, kalian akan melihat si dia yang biasanya tidak pernah memegang buku tiba-tiba tergesa-gesa menanyakan materi, menanyakan soal, dan hal lainnya. Itu sungguh melegakan menurutku, melihat seseorang bersemangat rasanya menyuntikkan semangat baru bagi kita. Belum lagi, temen sekelas akan berkumpul di bangku anak pintar yang sedang sibuk menjelaskan materi. Sungguh indah, bukankah pertemanan yang baik adalah yang membawa kita ke arah positif.
Masuk pada saat ujian, semua orang tertunduk untuk berdoa. Sorot mata mereka penasaran. Dan saat kertas ujian ada di hadapan mereka, semuanya berkutat dengannya. Keheningan ini hal yang sangat aku nikmati. Saat-saat dimana aku larut dengan pikiran sekaligus imajinasiku. Saat-saat dimana banyak orang disekelilingku, tapi tidak saling mengganggu. Saat-saat dimana banyak ekspresi muncul. Kesenangan, kelegaan, ketakutan, kebingungan, dan ekspresi berpikir keras. Aku menyukainya.
Setelah itu, saat waktu ujian telah berakhir. Saat dimana semua menghela napas lega, entah karena bisa mengerjakan soal ujian atau karena soal ujian yang begitu sulit. Pada saat ini, rasanya semua orang bisa membaca pikiran satu sama lain. Saat tatapan saling berpapasan lalu diikuti gelak tawa, saat ada dua sampai lima orang yang berdebat masalah jawaban, saat sekelompok lainnya berusaha menguatkan hati karena tidak yakin akan pekerjaannya. Semua itu menyenangkan.
Minggu ujian terprogram memang terbaik, bisa pulang ke rumah lebih cepat, bisa datang ke sekolah lebih lambat mungkin jika dapat jadwal siang, tanpa PR. Ah, semuanya indah. Semuanya mengasyikkan. Beban yang ditanggung hanya masalah belajar dengan baik. Terdengar seperti pecundang ya, tapi memang ini menyenangkan bagiku. Saat-saat aku bisa menghabiskan waktu dengan diriku sendiri adalah hal yang paling kusenangi.
Semua ilustrasi di atas benar-benar aku alami, paling tidak saat aku duduk di bangku sekolah menengah atas. Semuanya semenyenangkan itu. Tapi sekarang, sayangnya ada satu dan lain hal yang membuatku tak nyaman.
Ya, aku tau semua orang berhak memilih. Untukku, jika aku tak suka pilihan oran lain itu, cukup menghindar saja bukan? Ini ilustrasinya, ini juga aku alami. Kau tau aku benar benar menyukai keheningan saat ujian. Tapi semua dirusak oleh seseorang atau beberapa orang yang mendesis atau mendecakkan lidah untuk memanggilku dan dengan seenaknya bertanya jawaban. Itu merusak konsentrasiku, asal kau tahu. Dan keputusanmu untuk menanyakan jawaban ke teman bukanlah tepat, bagaimana kalau temanmu juga tidak tahu jawabannya? Yang ada kau hanya mengganggunya. Dan solusiku untuk diriku sendiri adalah duduk di bangku yang jauh dari mereka yang seperti itu. Duduk di depan pengawas misalnya.
Aku tahu aku juga pernah melakukan hal itu, tapi aku bersyukur aku sudah bertobat. Kalian yang masih melakukan hal itu harus mulai sadar, tak ada gunanya mendapat nilai bagus jika itu bukan usaha kalian sendiri. Di sini, bukan nilai yang dicari, melainkan ilmu yang harus dikejar. Memang tolak ukur untuk itu adalah nilai, tapi apakah kalian tidak merasa membohongi diri sendiri jika nilai bagus didapat tapi kosong tanpa ilmu.
Tapi tak apa, karena hal itu tidak semerta-merta membuatku membenci minggu ujian. Karena saat ini, saat minggu ujian berlangsung aku tidak perlu repot-repot untuk tersenyum ke semua orang, tidak perlu repot-repot mencari bahan pembicaraan. Aku bisa dengan tenang datang untuk ujian tanpa harus menerobos banyak orang berlalu lalang. Aku bisa dengan tenang pulang seperti menghilang begitu saja. Dan pada akhirnya, aku memiliki waktu lebih untuk diriku sendiri.
Kalian mungkin menyebutku sebagai orang dengan kepribadian introvert. Tapi aku hanya sekedar memberi tahu, dari kecil hingga sekarang, tes psikologiku keluar dengan hasil aku adalah ekstrovert. Masih tidak percaya? Mungkin kau harus bertemu denganku.
Bukankah setiap orang butuh waktu sendiri untuk mengenal dirinya dengan lebih baik?
Komentar
Posting Komentar